Bimbang ... mungkin itulah yang aku rasakan saat ini. Dia hadir di dalam hidupku setelah lebih dari 15 tahun berpisah.
Mungkin bila tidak ada cerita di antara kami, tak ada yang dapat membuatku bimbang, namun dia hadir masih membawa cintanya yang dulu yang kemudian membangkitkan kembali cerita dan cinta lama yang sudah lama sekali aku simpan dan coba untuk aku lupakan.
Kini, kami berdua telah berbeda. Aku dengan hidupku dan pasanganku dan begitu juga dengan dia dan pasangannya.
Kadang, ketika rasa rindu itu mengusik hati, ingin rasanya kujumpai dia dan mengungkapkan semua rasa yang menyesakkan hati.
Namun, itu urung aku lakukan. Aku cinta dia, tapi aku lebih cinta pasanganku dan keluargaku.
Andai waktu dapat berulang kembali, aku akan katakan betapa aku masih mencintainya. Aku katakan bahwa aku tak akan pernah meninggalkannya, walaupun pada kenyataannya, dialah yang pergi meninggalkan aku.
Ketika aku sendiri, dalam kesedihan dan kehancuran, dia tinggalkan aku tanpa ada penjelasan. Dia pergi tanpa memberitahu apa yang membuat dia pergi dariku.
Tanda tanya itu terbawa lebih dari 15 tahun. Dan kemarin, dia datang dan menjelaskan padaku apa yang buat dia pergi dariku.
Sepuluh tahun yang lalu, ketika kami masih sama-sama sendiri, dia datang kepadaku. Namun dia tak datang sendiri, dia datang bersama lelaki lain, kusangka dia kekasihnya.
Namun kemarin dia menyangkalnya dan mengatakan dia adalah teman biasa. Dia bilang kalau dia datang hendak merajut cinta yang pernah terkoyak, tapi itu tak kusadari.
Dia berharap saat itu terulang lagi, dia akan katakan betapa dia masih mencintaiku dan berharap bisa bersama lagi. Begitu aku, bila waktu bisa terulang lagi, akan kukatakan betapa aku masih mencintainya.
Tapi kini .... Semua sudah terjadi ... Dia bersamanya dan aku dengan pasanganku.
Setelah kami berjumpa, kami masih berbicara. Dan dalam setiap pembicaraan yang terjadi, aku sadari betapa Allah sangat adil, dia berikan aku istri yang baik, yang selalu mau mendengarkan aku dan mencintai aku apa adanya.
Istriku ... adalah wanita yang paling pas untuk, seperti Allah telah berikan padaku untuk menemani sisa hidupku.
Kini aku punya dua cinta, Istriku dan dia. Cintaku untuk Istriku akan tetap aku jaga, walau kini terusik oleh cintaku untuk dia.
Aku berharap suatu saat nanti aku akan melupakan dia. Menaruh cerita dan cinta itu di dalam sebuah kotak besi yang rapat dan ku simpan di dalam ruang hatiku yang paling dalam, hingga aku sendiri tak mungkin lagi mengambilnya.
Biarlah cintaku padanya terlupakan seiring waktu, biarlah cintaku padanya menjadi suatu fase di dalam hidupku.
Kini ... aku ingin melangkah dengan cinta untuk Istriku dan Anakku.
CINTA ... BIARLAH TUMBUH dan BIARLAH HILANG TERBAWA WAKTU.
Selasa, 16 Februari 2010
Langganan:
Komentar (Atom)